Ancaman Bagi Keanekaragaman Hayati Laut
Pemutihan karang yang terjadi di Great Barrier Reef, Australia
Sumber : http://edition.cnn.com
Orang Utan punya ancaman. Burung
Cendrawasih punya ancaman. Manusia punya ancaman. Yang hidup di laut, juga
punya ancaman.
Keanekaragaman hayati laut punya
ancaman secara global dan lokal. Perubahan di lingkungan adalah ancaman
globalnya. Peningkatan karbon dioksida dan perubahan suhu misalnya.
Tau nggak, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer saat ini sudah
meningkat sebanyak 35% dari konsentrasinya pada tahun 1880an. Karbon dioksida
yang masuk ke laut mengalami perubahan dari berbentuk gas ke cair (nanti akan
saya coba bahas di blog ini) yang menyebabkan terjadinya pengasaman laut atau ocean acidification. Pada hewan yang
memiliki rangka skeleton dari CaCO3 seperti terumbu karang dan moluska
ocean acidification bisa menyebabkan rangka
skeleton mereka menjadi rapuh karena berikatan lebih banyak dengan karbon
dioksida (akan dibahas bersamaan dengan perubahan bentuk karbon dioksida ketika
masuk ke air). Coba bayangkan ada kerang tetapi cangkangnya rapuh atau terumbu
karang yang mudah patah kalau disenggol hiu
yang sedang mencari makan, begitulah kira-kira dampak ocean acidification pada hewan ini. Inipun ada dampak lanjutannya,
terumbu karang yang rapuh jadi tidak bisa meredam gelombang ke arah pantai jadi
perubahan garis pantai akan lebih cepat terjadi. Pada organisme laut lainnya, ocean acidification bisa mengganggu
sistem imun, metabolisme dan reproduksinya lho!
Ancaman global kedua, perubahan
suhu yang lebih khususnya peningkatan suhu. Pernah dengar coral bleaching atau pemutihan karang kan ? Perubahan suhu tidak sepenuhnya menjadi penyebab, tetapi
menjadi pemicunya. Karang itu hewan, tetapi mampu berfotosintesis karena
berasosiasi dengan zooxanthellae (salah satu jenis plankton) yang mampu
berfotosintesis dan menghasilkan 98% makanan untuk terumbu karang. Nah kalau terjadi peningkatan suhu,
tidak banyak zoxanthellae yang mampu bertahan, karena zoxanthellae ini ada
banyak kelompoknya dan masing-masing memiliki toleransi terhadap suhu yang
berbeda. Selain memberikan makanan, zoxanthellae inilah yang memberikan
warna-warna yang menarik bagi ekosistem terumbu karang. Ketika karang berwarna
putih, belum berarti mati, mereka masih bisa hidup dan berwarna kembali jika
ada zoxanthellae yang berasosiasi kembali. Akan tetapi, jika suhu yang tidak
sesuai bagi zoxanthellae terjadi dalam waktu lama, alga dapat menutupi terumbu
karang dan terumbu karang tersebut akan mati. Pada ekosistem lamun, suhu yang
tinggi dapat menyebabkan “pembakaran” pada daunnya, sehingga mengganggu proses
pertumbuhan, reproduksi dan metabolisme. Dan terakhir, pada ekosistem mangrove
peningkatan suhu dapat menyebabkan terganggunya pembentukan daun baru.
Terbayang kan apa yang terjadi pada
tumbuhan hijau jika daunnya tidak bertumbuh dengan baik ?
Masih ada ancaman lain yang belum
saya tuliskan, sampah di laut, intensitas badai yang meningkat, peningkatan
muka air laut dan lain-lain. Cintai lingkungan kita ya teman, nanti sedih kalau
sampai anak cucu kita enggak bisa
lihat apa yang sudah kita lihat L
Materi ini saya
dapat dari presentasi dosen saya, Bapak Dhira Kurniawan S., S.Kel, M.Sc di
kelas Konservasi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Komentar
Posting Komentar